Selasa, 09 Februari 2016

Kita Masih di Sini

.::Kita Masih di Sini::.

Kita masih di sini, kita pun mengajak binaan kita masih di sini, sementara nestapa terus mendera di asia sini dan di afrika sana. Kita masih di sini, dalam tarbiyah kita, dalam halaqoh kita, dalam tatsqif yang kehadirannya kurang, dalam undangan taklimat dan qararat. Kita masih di sini untuk syuro. Kita masih di sini, bertemu dengan sahabat yang mukanya kelelahan banyak amanah. Mengapa kita tidak pergi.

Oh kulihat di sebarang sana, teman-teman salafi begitu hebat dalam dalil, begitu kuat kaji mengkaji.

Oh kulihat di samping sini kawan-kawan hizbut tahrir sedang aksi menegakkan khilafah. Betapa lantang teriakan mereka, betapa suci jargon mereka.

Oh kulihat sebelah kanan, teman-teman jamaah tabligh sedang khuruj. Betapa konsisten mereka. Betapa menyejukkan senyum mereka pada masjid-masjid dan warga-warga.

Sedangkan kita masih di sini, dengan berbagai tuduhan mendera qiyadah sedangkan inspirator gerakan di mesir sedang dikudeta. Sedangkan kita masih di sini, dengan survey nasional yang menunjukkan bahwa kita kalah. Kita masih di sini, dalam kehadiran liqo yang mulai berkurang dan izin tak hadir menjadi demikian gampang. Kita masih di sini dengan masalah dakwah di sana sini. Mengapa kita dan binaan kita tidak pergi ke tetangga yang penuh terpuji itu.

Kulihat dan kurenungkan mengapa kita masih di sini dan mengapa kita tidak pergi? Apa yang keren dari gerakan ini, apa yang hebat dari manhaj ini. Apa sebuah selling point gerakan ini? Bagaikan BBM nya Black berry. Meski kamera 0 mega pixel orang tetap beli black berry, karena ada BBM nya. Apa selling point dari gerakan tarbiyah, sehingga orang terus menerus ada di sini, dan menguatkan alasan kita dan binaan untuk tidak pergi.

Ternyata yang pertama adalah “tarbiyah yang menyeluruh” itu sendiri. Tarbiyah yang berakar kata yarba yarbu yang artinya tumbuh (CMIIW). Kita lihat manhaj kita. Kita lihat kurikulum tarbiyah kita. Ada yang unik di sana. Betapa tarbiyah yang yang kita kecap setiap pekan itu lengkap. Mari lihat 10 muwashofat tarbiyah. Kita diajar aqidah (salimul aqidah) sekaligus diajak untuk mandiri finansial (qadirun alal kasbi). Kita diminta ibadah secara benar (shahihul ibadah) sekaligus mampu melawan hawa nafsu (mujahidun li nafsih). Kita diajak berakhlak kokoh (mathinul khuluq) sambil wawasan kita diperluas (mutsaqoful fiqr). Betapa tarbiyah ini mengajarkan kita menjadi pribadi yang utuh. Satu waktu kita diminta menjadi intelektual dalam liqo-liqo kita dan di waktu lain kita longmarch 8 jam dalam mukhoyyam. Otak kita penuh ilmu, badan kita penuh otot. Saat muncul undangan multaqo murobbi dari kaderisasi, muncul juga undangan training sosial media dari biro riset, dan muncul juga undangan dari biro akademik terkait sharing kuliah di luar negeri, kalau kita renungkan, ini nikmat yang luar biasa, pembinaan dalam berbagai aspek terus disiramkan ke kita. Adakalanya kader kita diminta jadi staff ahli walikota dan ketua ikatan alumni dan adakalanya kader kita diminta tes hapalan juz 29 dan juz 30. Beberapa harokah lain yang saya lihat mungkin belum selengkap tarbiyah dalam target pembinaannya. Ada harokah yang tidak diajarkan bab akhlak. Ada manhaj lain yang tidak belajar politik. Bukan berarti kita merasa lebih baik dari mereka, sekedar sadar bahwa inilah perbedaan kita di antara yang lain. Mungkin inilah yang bisa kita kontribusikan pada yang lain.

Karena tarbiyah inilah maka memungkinkan dari gerakan kita lahir orang seperti pak warsito, pengurus DPP sekaligus dikagumi komunitas internasional karena menemukan scanner otak 4 dimensi dan pengobat kanker. Karena tarbiyah yang kita kunyah lah maka memungkinkan lahir orang seperti mursi; seorang dosen, sekaligus politisi, sekaligus hafidz quran, dan juga presiden. Atau mursyid am interim(calon); al izzat yang seorang insinyur dan hafidz pula. Atau erbakan yang seorang profesor tank baja, saudagar, dan perdana menteri turki sekaligus.

Tarbiyah kita mampu membentuk pribadi yang utuh. Selain ahli dalam agama, soal keilmuan sains dan kemandirian finansial jangan ditanya. Maka jamak kita lihat kader-kader kita yang jurusannya A namun mampu bicara B. Jurusan elektro bisa berbicara masalah psikologi. Jurusan teknik teknik kimia dapat berdiskusi masalah politik migas. Saya pribadi cukup kaget melihat dosen saya yang fasih saat kuliah membahas rekayasa sistem kerja dan ergonomi dan di waktu lain beliau hafal dalil-dalil Quran tentang materi fiqh dakwah. Tidak kah kita melihat ini suatu keajaiban, suatu keunikan, suatu hal yang patut disyukuri. Lihat saja di muwashofat mula bagian mutsaqoful fiqr, ada poin: “membaca di luar bidang keahlian sebanyak 2 jam per pekan”. Tarbiyah memaksa kita menjadi pribadi yang lengkap dan menjadi gudang ilmu.

Betapa dalam liqo-liqo kita sering diceritakan utuhnya pribadi Umar bin khatab: seorang petarung, pebisnis, dan politisi sekaligus. Atau kisah rasulullaah yang hebat di segala bidang; keluarga, politik, militer. Atau kita sering mendengar kisah imam abu hanifah: ahli fiqh sekaligus pemilik jaringan bisnis sutra. Saya rasa itulah desain tarbiyah kita, menyiapkan pribadi kita menjadi mursi, beltaji, warsito, tawakool karman, di masa depan. Menjadi pribadi yang soleh di masjid dan soleh pula di panggung masyarakat. Coba tengok manhaj dakwah sekolah, tujuannya satu; menyuplai kader yang kokoh untuk dakwah kampus dan dunia kerja. Coba tengok misi dakwah kampus dan da’wah sekolah: menyiapkan iron stock (cadangan keras), calon pemimpin tanah air di masa depan. Manhaj kita dan khususnya tarbiyahnya benar-benar serius mendesain kita agar menjadi someone in the future.

Mari tengok Risalah pergerakan ikhwanul muslimin yang merupakan hasil pikiran hasan al banna: di sana sangat kental suasana bahwa kader dakwah haruslah lengkap, utuh, menyeluruh. Salah satunya 8 fikrah dakwah (Terjemahannya agak bebas):

-Dakwah Salafiah: bersumber Al Quran Sunnah dan refere to salaf
-Thariqah Sunniyah: Menegakkan sunnah
-Haqiqah Shufiyah: Kembali ke kesucian hati dan keterhubungan dengan Allah.
-Hai’ah Siyasiyah: Kepahaman akan politik
-Jamaah Riyadhiyah: Klub  olahraga
-Rabithah Ilmiyah Tsaqafiyah: Semangat belajar dan menambah wawasan
-Thalabul ilmi. Belajar terus dan terus belajar.
-Syirkah Iqtishadiyah: Bisnis dan Usaha
-Fikrah Ijtima’iyah: Terjalinnya hubungan dengan masyarakat

Maka bentuk syukur kita, jalankanlah tarbiyah kita dengan baik. Ikuti berbagai agenda pembinaan. Nikmati berbagai amanah dakwah. Itu modal dasar kita. Para penyelenggara tarbiyah, mari kita serius dalam mengelola pembinaan kader, taat pada manhaj, bayangkan kita sedang mendidik calon Beltaji, calon erdogan, calon anwar ibrahim. Kalau kata almarhumah Ustadzah yoyoh yusroh: Muwashofat kita dirancang dengan menghabiskan berkilo-kilo jeruk (sebagai konsumsi rapat). Mungkin agar mampu menghasilkan puluhan ribu pemimpin nasional di masa depan.

Mungkin itu alasan pertama mengapa “kita masih di sini”. Tarbiyah yang kita perjuangkan tiap pekan, siang malam, sakit sehat, malas semangat, seru garing, ramai sepi. Kita bersyukur bahwa tarbiyah ini bukan sekedar menggugurkan kewajiban, tapi memang kita sedang dicetak dan ditempa ikhtiar untuk menjadi pribadi hebat di masa depan, InsyaAllah.

Al-Fath ayat 29:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud . Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir . Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”

Bersambung ke tulisan “Narasi Apa untuk Adik-adik Kita”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar