.::Narasi Apa untuk Adik-adik Kita::.
Sambungan dari tulisan : “Kita Masih
di Sini”
Mungkin ini bisa menjawab pertanyaan mendasar, narasi apa
yang kita bawa ke adik-adik SMA? Sementara ustadz X terus Berjaya, kader-kader
kita pindah mengaji tak tersisa. Sungguh hati kita harus rela. Tak boleh
setitikpun syak prasangka. Adik-adik kita membina diri di sana mudah-mudahan
dapat manfaat dan itu pun baik untuk mereka. Hanya saja, dalam panggung da’wah
ini, kita tak boleh sekedar jadi penonton. Sementara racun dari musuh ditumpahkan
pada otak pelajar berton-ton. Apa yang harus kita perbuat?
Mari kita pahami ke-khas-an dari manhaj kita. Apakah kita
perlu ikut-ikutan seperti ustadz X yang banyak mengkaji fiqih dan akhir zaman?
Atau kita harus ikut-ikutan seperti aliran X yang mengusung ideology
khilafah? Saat ustadz X sudah memberikan
fiqih, aliran X sudah memberikan semangat khilafah, alangkah manisnya bila kita
berbagi hal yang lain, hal yang berbeda dan dibutuhkan oleh adik-adik di sekolah.
Apakah kita perlu juga 100% bahas fiqih di halaqoh. Apakah kita perlu juga 100%
bahas khilafah di tatsqif kita. Kita sadari jati diri kita, karakter kita, ciri
khas kita, yang membedakan kita dari gerakan lain. Izinkan saya mengusulkan
sebuah kalimat: Islam, Prestatif, Solutif.
Islam, Prestatif, Solutif. Ini usulan narasi yang kita
dengungkan untuk pelajar. Sesuai dengan karakteristik tarbiyah kita yang
menyeluruh dan holistik. Kita berharap pelajar
dan pemuda, soleh dengan islamnya, tapi juga prestatif akademik dan non
akademik, serta solutif terhadap permaslahan masyarakat. Hal ini bisa kita
lihat jejaknya pada manhaj da’wah sekolah, pada struktur oragnisasi da’wah
kita, betapa memang semangat yang dibawa adalah sebagaimana narasi tersebut.
Menjadi muslim yang utuh, soleh iya, prestatif oke, solutif pasti. Maka
tarbiyah, liqo, tatsqif, rohis, wajihah, komunitas yang kita tawarkan kepada
pelajar membawa narasi itu: Islam, Solutif, Prestatif. Sebagaimana mendidik
calon mursi, beltaji, warsito, tawakool karman, yahya ayyash di masa
depan.
Maka apa diferensiasi, atau pembeda kita dibanding gerakan lain? Agenda
pembinaan kita tak hanya keilmuan islam, namun juga ada pembekalan untuk
pelajar dalam hal olahraga, keilmuan, prestasi, akademik, finansial, dan
lain-lain.
Sekali lagi bukan berarti kita merasa
lebih baik dari gerakan lain, Kita pun tidak dalam rangka mendominasi da;wah
sehingga yang eksis hanyalah da’wah kita. Kita bukan menang-menangan dan
mengalahkan gerakan lain. Bukan itu yang kita cari. Hanya saja kita berusaha
memberikan sesuatu yang berbeda, yang belum diberikan oleh orang lain, yang
semoga saja bermanfaat untuk membangun peradaban. Sehingga kita bisa menjadi
batu bata kecil yang turut melangkapi bangunan da’wah. Kita bisa ikut
berkontribusi di antara banyak aliran dan manhaj da’wah. Bergotong royong
dengan gerakan lain, menuju Kemenangan Islam dan ampunan-Nya.
“Wahai orang-orang yang
beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan
kamu dari azab yang pedih? Yaitu, kamu beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi
kamu jika kamu mengetahui.” (As Shaff 10-11)
Islam, solutif, Prestatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar