Selasa, 09 Februari 2016

Narasi Apa untuk Adik adik Kita

.::Narasi Apa untuk Adik-adik Kita::.

Sambungan dari tulisan : “Kita Masih di Sini”

Mungkin ini bisa menjawab pertanyaan mendasar, narasi apa yang kita bawa ke adik-adik SMA? Sementara ustadz X terus Berjaya, kader-kader kita pindah mengaji tak tersisa. Sungguh hati kita harus rela. Tak boleh setitikpun syak prasangka. Adik-adik kita membina diri di sana mudah-mudahan dapat manfaat dan itu pun baik untuk mereka. Hanya saja, dalam panggung da’wah ini, kita tak boleh sekedar jadi penonton. Sementara racun dari musuh ditumpahkan pada otak pelajar berton-ton. Apa yang harus kita perbuat?

Mari kita pahami ke-khas-an dari manhaj kita. Apakah kita perlu ikut-ikutan seperti ustadz X yang banyak mengkaji fiqih dan akhir zaman? Atau kita harus ikut-ikutan seperti aliran X yang mengusung ideology khilafah?  Saat ustadz X sudah memberikan fiqih, aliran X sudah memberikan semangat khilafah, alangkah manisnya bila kita berbagi hal yang lain, hal yang berbeda dan dibutuhkan oleh adik-adik di sekolah. Apakah kita perlu juga 100% bahas fiqih di halaqoh. Apakah kita perlu juga 100% bahas khilafah di tatsqif kita. Kita sadari jati diri kita, karakter kita, ciri khas kita, yang membedakan kita dari gerakan lain. Izinkan saya mengusulkan sebuah kalimat: Islam, Prestatif, Solutif.

Islam, Prestatif, Solutif. Ini usulan narasi yang kita dengungkan untuk pelajar. Sesuai dengan karakteristik tarbiyah kita yang menyeluruh dan holistik. Kita berharap pelajar  dan pemuda, soleh dengan islamnya, tapi juga prestatif akademik dan non akademik, serta solutif terhadap permaslahan masyarakat. Hal ini bisa kita lihat jejaknya pada manhaj da’wah sekolah, pada struktur oragnisasi da’wah kita, betapa memang semangat yang dibawa adalah sebagaimana narasi tersebut. Menjadi muslim yang utuh, soleh iya, prestatif oke, solutif pasti. Maka tarbiyah, liqo, tatsqif, rohis, wajihah, komunitas yang kita tawarkan kepada pelajar membawa narasi itu: Islam, Solutif, Prestatif. Sebagaimana mendidik calon mursi, beltaji, warsito, tawakool karman, yahya ayyash di masa depan.

Maka apa diferensiasi, atau  pembeda kita dibanding gerakan lain? Agenda pembinaan kita tak hanya keilmuan islam, namun juga ada pembekalan untuk pelajar dalam hal olahraga, keilmuan, prestasi, akademik, finansial, dan lain-lain.

Sekali lagi bukan berarti kita merasa lebih baik dari gerakan lain, Kita pun tidak dalam rangka mendominasi da;wah sehingga yang eksis hanyalah da’wah kita. Kita bukan menang-menangan dan mengalahkan gerakan lain. Bukan itu yang kita cari. Hanya saja kita berusaha memberikan sesuatu yang berbeda, yang belum diberikan oleh orang lain, yang semoga saja bermanfaat untuk membangun peradaban. Sehingga kita bisa menjadi batu bata kecil yang turut melangkapi bangunan da’wah. Kita bisa ikut berkontribusi di antara banyak aliran dan manhaj da’wah. Bergotong royong dengan gerakan lain, menuju Kemenangan Islam dan ampunan-Nya.

“Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Yaitu, kamu beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.” (As Shaff 10-11)


Islam, solutif, Prestatif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar