.::Kita
Masih di Sini::.
Kita
masih di sini, kita pun mengajak binaan kita masih di sini, sementara nestapa
terus mendera di asia sini dan di afrika sana. Kita masih di sini, dalam
tarbiyah kita, dalam halaqoh kita, dalam tatsqif yang kehadirannya kurang,
dalam undangan taklimat dan qararat. Kita masih di sini untuk syuro. Kita masih
di sini, bertemu dengan sahabat yang mukanya kelelahan banyak amanah. Mengapa
kita tidak pergi.
Oh
kulihat di sebarang sana, teman-teman salafi begitu hebat dalam dalil, begitu
kuat kaji mengkaji.
Oh
kulihat di samping sini kawan-kawan hizbut tahrir sedang aksi menegakkan
khilafah. Betapa lantang teriakan mereka, betapa suci jargon mereka.
Oh
kulihat sebelah kanan, teman-teman jamaah tabligh sedang khuruj. Betapa
konsisten mereka. Betapa menyejukkan senyum mereka pada masjid-masjid dan
warga-warga.
Sedangkan
kita masih di sini, dengan berbagai tuduhan mendera qiyadah sedangkan
inspirator gerakan di mesir sedang dikudeta. Sedangkan kita masih di sini,
dengan survey nasional yang menunjukkan bahwa kita kalah. Kita masih di sini,
dalam kehadiran liqo yang mulai berkurang dan izin tak hadir menjadi demikian
gampang. Kita masih di sini dengan masalah dakwah di sana sini. Mengapa kita dan
binaan kita tidak pergi ke tetangga yang penuh terpuji itu.
Kulihat
dan kurenungkan mengapa kita masih di sini dan mengapa kita tidak pergi? Apa
yang keren dari gerakan ini, apa yang hebat dari manhaj ini. Apa sebuah selling
point gerakan ini? Bagaikan BBM nya Black berry. Meski kamera 0 mega pixel
orang tetap beli black berry, karena ada BBM nya. Apa selling point dari
gerakan tarbiyah, sehingga orang terus menerus ada di sini, dan menguatkan alasan
kita dan binaan untuk tidak pergi.
Ternyata
yang pertama adalah “tarbiyah yang menyeluruh” itu sendiri. Tarbiyah yang
berakar kata yarba yarbu yang artinya tumbuh (CMIIW). Kita lihat manhaj kita.
Kita lihat kurikulum tarbiyah kita. Ada yang unik di sana. Betapa tarbiyah yang
yang kita kecap setiap pekan itu lengkap. Mari lihat 10 muwashofat tarbiyah.
Kita diajar aqidah (salimul aqidah) sekaligus diajak untuk mandiri finansial
(qadirun alal kasbi). Kita diminta ibadah secara benar (shahihul ibadah) sekaligus
mampu melawan hawa nafsu (mujahidun li nafsih). Kita diajak berakhlak kokoh
(mathinul khuluq) sambil wawasan kita diperluas (mutsaqoful fiqr). Betapa
tarbiyah ini mengajarkan kita menjadi pribadi yang utuh. Satu waktu kita
diminta menjadi intelektual dalam liqo-liqo kita dan di waktu lain kita
longmarch 8 jam dalam mukhoyyam. Otak kita penuh ilmu, badan kita penuh otot.
Saat muncul undangan multaqo murobbi dari kaderisasi, muncul juga undangan
training sosial media dari biro riset, dan muncul juga undangan dari biro
akademik terkait sharing kuliah di luar negeri, kalau kita renungkan, ini
nikmat yang luar biasa, pembinaan dalam berbagai aspek terus disiramkan ke
kita. Adakalanya kader kita diminta jadi staff ahli walikota dan ketua ikatan
alumni dan adakalanya kader kita diminta tes hapalan juz 29 dan juz
30. Beberapa harokah lain yang saya lihat mungkin belum selengkap tarbiyah
dalam target pembinaannya. Ada harokah yang tidak diajarkan bab akhlak. Ada
manhaj lain yang tidak belajar politik. Bukan berarti kita merasa lebih baik
dari mereka, sekedar sadar bahwa inilah perbedaan kita di antara yang lain.
Mungkin inilah yang bisa kita kontribusikan pada yang lain.
Karena
tarbiyah inilah maka memungkinkan dari gerakan kita lahir orang seperti pak
warsito, pengurus DPP sekaligus dikagumi komunitas internasional karena
menemukan scanner otak 4 dimensi dan pengobat kanker. Karena tarbiyah yang kita
kunyah lah maka memungkinkan lahir orang seperti mursi; seorang dosen,
sekaligus politisi, sekaligus hafidz quran, dan juga presiden. Atau mursyid am
interim(calon); al izzat yang seorang insinyur dan hafidz pula. Atau erbakan
yang seorang profesor tank baja, saudagar, dan perdana menteri turki sekaligus.
Tarbiyah
kita mampu membentuk pribadi yang utuh. Selain ahli dalam agama, soal keilmuan
sains dan kemandirian finansial jangan ditanya. Maka jamak kita lihat
kader-kader kita yang jurusannya A namun mampu bicara B. Jurusan elektro bisa
berbicara masalah psikologi. Jurusan teknik teknik kimia dapat berdiskusi masalah
politik migas. Saya pribadi cukup kaget melihat dosen saya yang fasih saat
kuliah membahas rekayasa sistem kerja dan ergonomi dan di waktu lain beliau
hafal dalil-dalil Quran tentang materi fiqh dakwah. Tidak kah kita melihat
ini suatu keajaiban, suatu keunikan, suatu hal yang patut disyukuri. Lihat
saja di muwashofat mula bagian mutsaqoful fiqr, ada poin: “membaca di luar
bidang keahlian sebanyak 2 jam per pekan”. Tarbiyah memaksa kita menjadi
pribadi yang lengkap dan menjadi gudang ilmu.
Betapa
dalam liqo-liqo kita sering diceritakan utuhnya pribadi Umar bin khatab:
seorang petarung, pebisnis, dan politisi sekaligus. Atau kisah rasulullaah yang
hebat di segala bidang; keluarga, politik, militer. Atau kita sering mendengar
kisah imam abu hanifah: ahli fiqh sekaligus pemilik jaringan bisnis sutra. Saya
rasa itulah desain tarbiyah kita, menyiapkan pribadi kita menjadi mursi,
beltaji, warsito, tawakool karman, di masa depan. Menjadi pribadi yang soleh di
masjid dan soleh pula di panggung masyarakat. Coba tengok manhaj dakwah
sekolah, tujuannya satu; menyuplai kader yang kokoh untuk dakwah kampus dan
dunia kerja. Coba tengok misi dakwah kampus dan da’wah sekolah: menyiapkan iron
stock (cadangan keras), calon pemimpin tanah air di masa depan. Manhaj kita dan
khususnya tarbiyahnya benar-benar serius mendesain kita agar menjadi someone in
the future.
Mari
tengok Risalah pergerakan ikhwanul muslimin yang merupakan hasil pikiran hasan
al banna: di sana sangat kental suasana bahwa kader dakwah haruslah lengkap,
utuh, menyeluruh. Salah satunya 8 fikrah dakwah (Terjemahannya agak bebas):
-Dakwah
Salafiah: bersumber Al Quran Sunnah dan refere to salaf
-Thariqah
Sunniyah: Menegakkan sunnah
-Haqiqah
Shufiyah: Kembali ke kesucian hati dan keterhubungan dengan Allah.
-Hai’ah
Siyasiyah: Kepahaman akan politik
-Jamaah
Riyadhiyah: Klub olahraga
-Rabithah
Ilmiyah Tsaqafiyah: Semangat belajar dan menambah wawasan
-Thalabul
ilmi. Belajar terus dan terus belajar.
-Syirkah
Iqtishadiyah: Bisnis dan Usaha
-Fikrah
Ijtima’iyah: Terjalinnya hubungan dengan masyarakat
Maka
bentuk syukur kita, jalankanlah tarbiyah kita dengan baik. Ikuti berbagai
agenda pembinaan. Nikmati berbagai amanah dakwah. Itu modal dasar kita. Para
penyelenggara tarbiyah, mari kita serius dalam mengelola pembinaan kader, taat
pada manhaj, bayangkan kita sedang mendidik calon Beltaji, calon erdogan, calon
anwar ibrahim. Kalau kata almarhumah Ustadzah yoyoh yusroh: Muwashofat kita
dirancang dengan menghabiskan berkilo-kilo jeruk (sebagai konsumsi rapat).
Mungkin agar mampu menghasilkan puluhan ribu pemimpin nasional di masa depan.
Mungkin
itu alasan pertama mengapa “kita masih di sini”. Tarbiyah yang kita perjuangkan
tiap pekan, siang malam, sakit sehat, malas semangat, seru garing, ramai sepi.
Kita bersyukur bahwa tarbiyah ini bukan sekedar menggugurkan kewajiban, tapi
memang kita sedang dicetak dan ditempa ikhtiar untuk menjadi pribadi hebat di
masa depan, InsyaAllah.
Al-Fath
ayat 29:
“Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat
mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada
muka mereka dari bekas sujud . Demikianlah sifat-sifat
mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti
tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat
lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya;
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir . Allah menjanjikan kepada orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan
pahala yang besar”
Bersambung
ke tulisan “Narasi Apa untuk Adik-adik Kita”